Esports Sebagai Medium Untuk Perbaikan Sepak Bola
Esports sebagai medium perbaikan sepak bola sebenarnya sudah muncul sejak tahun 70-an saat Universitas Stanford mengadakan turnamen untuk permainan `Spacewar`. Akan tetapi, hal tersebut baru meledak pada 2006 ketika FUN Technologies membuat turnamen dunia dengan hadiah satu juta dollar Amerika Serikat.
Pada Asian Games 2018, turnamen esports mulai digelar sebagai percobaan untuk 2022. Pada 2022, turnamen tersebut akan menjadi cabang tersendiri di Tiongkok dan mempengaruhi klasemen akhir Asian Games. Olimpiade Paris 2024 juga membuka ruang untuk hal menjadikan e-sports sebagai di cabang pesta olahraga dunia.
Mendongkrak Popularitas Klub
Hingga Februari 2019, banyak tim olahraga lain yang sudah memiliki divisi esports. Bukan hanya sepakbola, Philadelphia 76ers yang bermain di National Basketball Association (NBA) juga memiliki tim esports. Indonesia kini memiliki Bali United sebagai pionir dan jelas mereka bukan yang terakhir.
Persijap Jepara sudah bekerja sama dengan perusahaan esports asal Malaysia, Kitamen, untuk membuat liga di kota mereka pada masa mendatang. Salah satu tim esports asal Indonesia, Rex Regum Qeon, juga menandatangani kontrak selama dua tahun dengan PSG sejak 8 Februari 2019.
Popularitas esports di kancah dunia ini pada akhirnya bisa membuka pintu bagi setiap kesebelasan untuk memperluas jangkauan mereka di wilayah masing-masing dan juga kancah dunia.
Dukungan dari publik terhadap sebuah kesebelasan selalu dianggap penting. Sebuah kalimat populer: “Klub tidak akan berguna tanpa suporter,” sering kali keluar dari mulut penikmat sepakbola. Kesebelasan-kesebelasan di Major League Soccer rela berpindah kandang atau menunda debut mereka agar mendapatkan stadion di pusat kota. Mitra Kukar pernah menjalani latihan di kelurahan Tenggarong untuk mendekatkan diri dengan masyarakat di sana. Hal-hal ini mencerminkan betapa pentingnya dukungan publik kepada sebuah tim sepakbola.
Jika kesebelasan sepakbola di Indonesia mulai membangun divisi esports, bukan hanya dukungan mereka saja yang bertambah, melainkan juga popularitas di mata dunia. Menjalin koneksi dengan kesebelasan-kesebelasan di luar negeri lewat esports bukanlah sesuatu yang mustahil.
Menambah Penghasilan Esports
Bukan hanya menambah popularitas, penghasilkan klub juga bisa bertambah lewat esports. Menurut BBC, esports dapat menyumbangkan dana lebih dari 500 juta paun pada 2017. memasuki 2020, angka tersebut bisa melonjak tinggi hingga 1,2 miliar paun.
PSG yang disokong kucuran uang dari Qatar sekalipun masih mencari tambahan dari esports. “Kesebelasan sepakbola saat ini dituntut untuk independen dan mereka mengandalkan penghasilan dari luar liga untuk menambah pemasukan,” kata Allegre.
Setiap kesebelasan sepakbola yang ingin dianggap profesional di Indonesia juga sudah tidak bisa meminta sokongan dana pemerintah daerah. Mereka harus mencari uang dari sponsor dan berdiri sendiri sebagai perusahan. JIka gagal, ada peluang untuk kesebelasan itu absen dari liga seperti yang kabarnya.
Melihat prospek yang ditawarkan esports, mereka bisa mencari penghasilan tambahan jika menyisihkan uang dan melakukan investasi di olahraga elektronik tersebut.
Membuka Lapangan Kerja Dan Memperbaiki Citra
Sepakbola dan esports bisa berjalan beriringan mencapai target mereka masing-masing. Kesebelasan sepakbola pada umumnya ingin memperlebar sayap mereka dan mengajak orang-orang yang tidak memiliki ketertarikan kepada Si Kulit Bundar untuk memiliki ikatan emosional dengan identitas klub. Selain itu, mereka juga membuka peluang karir untuk generasi muda. Pemerintah Indonesia juga sudah menimbang potensi esports sejak 2017.
“Mereka pekerjaannya bermain gim, tapi penghasilan setiap bulan bisa puluhan sampai ratusan juta. Dulu anak-anak main gim sering ditegur orang tua mereka. Tapi sekarang menghasilkan uang, ini namanya peluang,” kata Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo.
Menghabiskan bermain gim di depan layar, berteriak-teriak kepada teman satu deretan di warnet mungkin pernah dianggap tidak berguna untuk generasi milenial dan sebelumnya, tapi bisa berguna untuk generasi mendatang. Hal serupa juga bisa diterapkan di sepakbola. Olahraga yang sering disebut tidak memiliki masa depan di Indonesia, biang kerusuhan, dan tanpa kejelasan dapat diperbaiki lewat esports.
Nama kesebelasan sepakbola yang menaungi divisi esports bisa terangkat bila tim mereka sukses. Apalagi jika menyumbang atlet untuk Indonesia. Meski tidak terlibat secara langsung, mereka bisa memperbaiki citra sepakbola Indonesia. Anggapan buruk soal sepakbola dan esports bisa diperbaiki secara bersamaan.
FIFA bahkan sudah membuat turnamen esports sejak 2004. Ketika pemerintah, FIFA, dan dunia mengakui mereka, siapa yang akan menutup mata dan telinga mereka, mengatakan hal ini tidak memiliki masa depan? Mungkin hanya mereka yang tidak bisa menerima perubahan.
Kesimpulan Esports Sebagai Medium Perbaikan Sepak bola
Dengan demikian, eSports memiliki potensi besar sebagai medium untuk perbaikan sepak bola, baik dari perspektif pengembangan pemain, peningkatan penonton, inovasi teknologi, maupun kolaborasi industri. Dengan pendekatan yang tepat, sinergi antara kedua industri ini dapat membawa dampak positif yang signifikan bagi dunia sepak bola secara keseluruhan. Simak terus pembahasan tentang esports hanya di esportid.games